Author:
Annisa Fildza Hashfi ,Nurrachmat Mulianto ,Winda Wijayanti ,Niluh Wijayanti
Abstract
Latar belakang: Moluskum kontagiosum merupakan penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi poxvirus. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui kontak kulit dan membran mukosa secara langsung, termasuk melalui hubungan seksual, maupun melalui benda yang terkontaminasi. Prevalensi moluskum kontagiosum yang ditransmisikan secara seksual meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit ini menimbulkan kecemasan dan rasa tidak nyaman bagi penderita. Diagnosis moluskum kontagiosum didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermoskopi, dan pemeriksaan histopatologi. Penegakan diagnosis dan tata laksana yang tepat dapat membantu menurunkan risiko kekambuhan pada masa yang akan datang. Kasus: Seorang perempuan 26 tahun dengan keluhan utama timbul bintil-bintil berwarna putih mengkilat pada paha dan bokong yang tidak terasa gatal ataupun nyeri sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya muncul 4 buah bintil di bagian bokong saja, namun sejak 1 bulan terakhir bintil bertambah banyak dan muncul juga di bagian paha. Pasien pernah berusaha memencet bintil tersebut dan keluar padatan berwarna putih seperti nasi. Pasien memiliki riwayat berhubungan seksual tanpa kondom sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan pada regio femoralis dextra et sinistra serta gluteus tampak papul multipel berwarna putih mengkilat seperti mutiara, berukuran 0,1-0,5cm, permukaan halus, berbatas tegas, berbentuk seperti kubah dengan cekungan di tengahnya (delle), dengan sebaran diskret. Pada pemeriksaan dermoskopi tampak gambaran poli lobular berwarna putih hingga kuning disertai crown vessel. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan gambaran badan inklusi eosinofil intrasitoplasma (molluscum bodies). Diskusi: Adanya temuan klinis berupa papul multipel dengan sebaran diskret, berwarna seperti mutiara berbentuk kubah dengan lekukan di tengahnya (delle) merupakan tanda khas pada kasus moluskum kontagiosum. Hasil pemeriksaan dermoskopi serta gambaran histopatologi mendukung diagnosis ini. Tata laksana dilakukan dengan tindakan kuretase pada lesi serta pemberian terapi cimetidine oral 2x800 mg selama 2 bulan. Tidak terjadi kekambuhan dalam periode follow-up selama 5 bulan.
Reference28 articles.
1. Lozano A, Arora A, Mendoza N, Madkan V, Trying K. Viral infections. In: Therapy of skin disease. Krieg T, Bickers DR, Miyachi Y, editors. 1st Ed. Berlin: Springer; 2010:p.157-63.
2. Zaidi Z, Hussain K, Sudhakaran S. Molluscum contagiosum. In: Treatment of skin disease: A practical guide. Zaidi Z, Hussain K, Sudhakaran S, editors. 1st Ed. Cham: Springer International Publishing; 2019:p.109-10.
3. Haddock ES, Friedlander SF. Poxvirus infections. In: Fitzpatrick’s Dermatology. Kang S, Amagai M, Bruckner AN, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al, editors. 9th Ed. New York: McGraw-Hill; 2019:pp.3065-94.
4. Laxmisha C, Thappa DM, Jaisankar TJ. Clinical profile of molluscum contagiosum in children versus adults. Dermatol Online J. 2003;9(5):1-3.
5. Ianhez M, Cestari Sda C, Enokihara MY, Seize MB. Dermoscopic patterns of molluscum contagiosum: A study of 211 lesions confirmed by histopathology. An Bras Dermatol. 2011;86(1):74-9.